Layaknya gunung pada suatu kenyataan maka sama juga artinya patung batu atau kebendaan seperti itu juga hati yang merasakan getaran dan disanalah seharusnya semua pandangan itu dijaga diredam..
Maka jagalah hati itu dari adanya pandangan yang berlebihan,,,? Tak disadarikah adanya batu itu mengalirkan kehidupan dan pabila terbelah ada juga aliran yang mengalirkan kehidupan, lalu mengapa harus merusak yang ada disekitaran dan mengeruk lebih dalam bahkan itu malah membuat rusak juga apa yang bisa di pandang dirasakan dan membuatnya berada dalam kehampaan maka timbullah kefatamorganaan....
Maka harus dimana lagi menjaga suatu pandang bila semua yang ada itu tak lagi bisa dipandang bahkan semua yang ada malah menjadikannya ada dalam kefatamorganaan ataupun puing kenangan yang tak berkesan..?
Bukankah adanya hati itu harusnya menimbulkan rasa berkasih sayang karena meredam adanya getaran lalu kenapa harus menjadikanya ada dalam suatu yang dipuja ataupun dihina penuh kedengkian...?
Bukankah adanya hati itu hanya untuk menjaga dan meredam dari adanya getaran dan supaya timbul rasa kasih sayang yang semua itu ada dalam suatu kebajikan,,? Bahkan adanya gunung ataupun hati nurani yang meredam Tak akan goyah sekalipun badai menerjang di daratan ataupun dilautan di siang terang sekalipun kegelapan malam, di dalam ke fatamorganaan maupun kenyataan menjadi naungan bagi siapa pun yang dilanda kehampaan keputusasaan,tempat bagi siapapun yang menginginkan perlindungan dari adanya kehampaan di dalamnya kefatamorganaan..
jhawha.wordpress.com szakati.blogspot.com sakaati.blogspot.com bhuthakala.wordpress.com ajtisaka.blogspot.com Terima kasih,
BalasHapus