Seribu bayangan sang Rembulan di seluruh penjuru fatamorgana di seribu perbedaan suatu nyata...? Seribu cerminan satu bulan di gelap malamnya di seribu keberagaman suatu nyata..? Seribu satu bulan di seribu impian harapan di dalam diamnya..Seribu satu bulan di seribu bayangan Sang Rembulannya..??? Kelam malam berlalu mencekam menggapai hitam awan di dalamnya keluka’an dalam suatu bayang…. membuat semuanya hilang tak lagi merasakan…? Indahnya senyuman membuat arti adalah makna yang ada dalam suatu kedamaian…. Banyaknya nyata sang keindahan menjadi kefatamorgana’an apakah bukanlah karena alam yang itu berarti juga menyalahkan yang menciptakan tapi apakah karena semuanya kesalahan tangan-tangan dalam suatu bayang yang dengan diteguhkanya barisan hati itu meredam menahan getaran dan akhirnya hilang senyuman tergerus tak lagi merasakan…. Bahkan ketika hati itu bergetaran seharusnya muncul suatu peringatan sebelum diteruskan suatu kehancuran lalu kenapa harus mengeruk yang ada dikedalaman….?apakah tak dilihatkah ketika hati itu terbelah bukankah ada juga yang mengalirkan kehidupan lalu kenapa harus mengeruk juga setelah menjadi kefatamorganaan yang ada pada padang pasir yang disana hanya ada debu yang berterbangan yang ada pada tebing-tebing tinggi nan curam pada lautan yang bergelombang apalagi yang ada dikedalaman dan kalaupun laut itu ditumpahkan bukanlah karena alam tapi apakah karena mereka mengeruk lebih dalam bahkan kita tau laut yang ada dikedalaman itu juga lebih banyak hati yang meredam bekas-bekas dari suatu kenyataan yang terbelah berulang-ulang… bukankah apa yang hidup dilautan itu tak akan habis bila untuk penghidupan apa tak dipikirkah tentang adanya getaran yang ada didaratan apakah karena mereka mengeruk atau membuat lubang dan merusak keindahan yang ada disekitaran apakah yang tumbuh dari bumi ini seharusnya kita merasa kecukupan yang sangat berlebihan lalu kenapa harus merusak keindahan yang memang diciptakan….?Terjaga dalam sebuah asa menggapai arti makna sebuah tanya langkah ada dalam suatu duka dimanakah nyata,,,?dan nyata telah hancur menjadi kepingan fatamorgana sebab apakah mereka terbelah…?tak disadarikah adanya batu yang mengalirkan kehidupan dan pabila terbelah ada juga yang mengalirkan kehidupan bahkan semua nyata yang ada menjadikan ada dalam sebuah duka apakah menunggu layaknya kehampa’an yang meski menitikkan tangisan tapi tak juga merasakan….?dan lihatlah dipenjuru fatamorgana yang pada padang pasir yang disana hanya debu yang bertebaran pada ombak dilautan apalagi dikedalaman tebing-tebing tinggi nan curam lalu lihatlah apa yang dibangun pada kemegahan benda dibelahan bumi yang mana saja di seluruh penjuru fatamorgana ataupun dibentuk menjadi suatu bangunannya apakah disana harusnya mengetahui semuanya bila memang seluruh hamparan adalah nyata pada suatu masa…?
bahkan sekalipun menutupinya apakah akan terasa percuma apakah lubang hati itu akan tetap ada didalamnya meski mereka memugarnya menjadi tempat mereka melangkah maka pandanglah dasar pondasi dari semuanya tercipta….? Sesak langkah tenggelam bersemayam debu Mengantarkan rona duka menggeliat menggebu Tersapu sayat putaran yang berlalu Menerbangkan angan kelam sang waktu…Angin malam mendayu sendu penuh irama terdengar suara alam bertasbih hanya padanya mengingatkan betapa memang semua ada dalam pandanganya dan adanya kabut membuat semua berselimutkan tanda tanya dan memang hanya keyakinanlah yang membuat semuanya tetap melangkah dengan indahnya tanpa adanya berputus asa karena memang semua akan kembali padanya dan langit belumlah ada retakan disana dan angin itu ada dalam putaranya,,,,bayang-bayang akan adanya nyata memang ada dalam keteguhanya lalu mengapa semuanya mesti bermuram durja bukankah bumi itu ada dalam penghamparanya dan gunung itu dipancangkan teguh dengan sebenarnya lalu dilengkapilah dengan keindahan disekitarnya bahkan air itu mengalir disetiapnya,,,,?lalu apa yang membuatnya berputus asa,,,?bukankah adanya pandangan itu dilengkapi dengan adanya getaran yang merasakan didalamnya dan disanalah seharusnya semua pandangan itu dijaga,,,?mendawai suatu irama terdengar nada dan emas ada dalam suatu mendulangnya bukankah karena takutnya bahkan apa saja semua yang sudah ada didalamnya lalu kenapa harus mengeruknya,,?lalu bukankah itu sama juga seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami bukankah adanya jerami itu menandakan adanya sesuap nasi lalu kenapa harus mencari yang ada dikedalamanya bumi,,,?dan pandangan menjadi seperti gajah itu bisa dimasukkan dalam lubang yang tak pasti maka perumpama’an apa lagi yang mesti di arti kalau memang semuanya itu menandakan bila memang semua peringatan tak membuatnya mengerti,,,,?hingga apa yang sudah tertelan tanah mereka masih mencarinya bukankah semuanya tentang kebutuhan hidupnya maka apakah yang tumbuh dari tanah yang nyata itu tak juga bisa dipandangnya hingga apa yang sudah ada didalam tanah malah dikeruknya apakah tak menyadarinya bukankah malah yang sebenarnya malah menggali sendiri pusara nya tuk disegerakan akhiranya bahkan tak disadarinya,,,?Dedaunan hijau tumbuh selepas daun tua berguguran menandakan bila adanya fajar naik sepenggalan akan terus terbit dalam suatu putaran….Lepas tangkai ranting dedaunan menyibak adanya senja yang akan terus berulang lalu apalagi yang mesti di banggakan bila jiwa lepas dari senyuman…..Tidak hidup juga tak mati dan terus ada dalam api seperti mimpi yang tak akan terbangun lagi,,Tidakkah disadarinya siapakah yang menciptakan yang menentukan lalu menunjukkan dan yang menetapkan dan meneguhkan dalam keindahan dan yang menurunkan titik air berjatuhan dalam penghidupan dan yang menumbuhkan tanaman lalu dijadikan ia kering tak berkesan…apakah tak disadarinya ketika mata ada dalam suatu kedipan bahkan terpejam maka apakah bisa menghindar menghilang dari sang pandangan,,?langkah ada dalam kenyataan dan terbelah berserakan tinggalah lubang bertopengkan dari apa yang diimpikan hasil dari apa yang diharapkan dan tinggalah ia menganga tak lagi merasakan layaknya sebagai tempat tinggal binatang dan selalu ada meraung kesakitan,,dosa apakah kiranya mengapa semua berulang dan terus ada berbuat kerusakan tanpa disadari bukan kah kita sendiri yang melakukan,,,? Apakah harusnya ada pertanggungan yang dimana semua ada dalam neraca perhitungan dan apakah tak dilihatkah bila langit tak adalah retakan…..?Lalu merugikah cahya atau kebajikan,,,,?
bahkan sekalipun menutupinya apakah akan terasa percuma apakah lubang hati itu akan tetap ada didalamnya meski mereka memugarnya menjadi tempat mereka melangkah maka pandanglah dasar pondasi dari semuanya tercipta….? Sesak langkah tenggelam bersemayam debu Mengantarkan rona duka menggeliat menggebu Tersapu sayat putaran yang berlalu Menerbangkan angan kelam sang waktu…Angin malam mendayu sendu penuh irama terdengar suara alam bertasbih hanya padanya mengingatkan betapa memang semua ada dalam pandanganya dan adanya kabut membuat semua berselimutkan tanda tanya dan memang hanya keyakinanlah yang membuat semuanya tetap melangkah dengan indahnya tanpa adanya berputus asa karena memang semua akan kembali padanya dan langit belumlah ada retakan disana dan angin itu ada dalam putaranya,,,,bayang-bayang akan adanya nyata memang ada dalam keteguhanya lalu mengapa semuanya mesti bermuram durja bukankah bumi itu ada dalam penghamparanya dan gunung itu dipancangkan teguh dengan sebenarnya lalu dilengkapilah dengan keindahan disekitarnya bahkan air itu mengalir disetiapnya,,,,?lalu apa yang membuatnya berputus asa,,,?bukankah adanya pandangan itu dilengkapi dengan adanya getaran yang merasakan didalamnya dan disanalah seharusnya semua pandangan itu dijaga,,,?mendawai suatu irama terdengar nada dan emas ada dalam suatu mendulangnya bukankah karena takutnya bahkan apa saja semua yang sudah ada didalamnya lalu kenapa harus mengeruknya,,?lalu bukankah itu sama juga seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami bukankah adanya jerami itu menandakan adanya sesuap nasi lalu kenapa harus mencari yang ada dikedalamanya bumi,,,?dan pandangan menjadi seperti gajah itu bisa dimasukkan dalam lubang yang tak pasti maka perumpama’an apa lagi yang mesti di arti kalau memang semuanya itu menandakan bila memang semua peringatan tak membuatnya mengerti,,,,?hingga apa yang sudah tertelan tanah mereka masih mencarinya bukankah semuanya tentang kebutuhan hidupnya maka apakah yang tumbuh dari tanah yang nyata itu tak juga bisa dipandangnya hingga apa yang sudah ada didalam tanah malah dikeruknya apakah tak menyadarinya bukankah malah yang sebenarnya malah menggali sendiri pusara nya tuk disegerakan akhiranya bahkan tak disadarinya,,,?Dedaunan hijau tumbuh selepas daun tua berguguran menandakan bila adanya fajar naik sepenggalan akan terus terbit dalam suatu putaran….Lepas tangkai ranting dedaunan menyibak adanya senja yang akan terus berulang lalu apalagi yang mesti di banggakan bila jiwa lepas dari senyuman…..Tidak hidup juga tak mati dan terus ada dalam api seperti mimpi yang tak akan terbangun lagi,,Tidakkah disadarinya siapakah yang menciptakan yang menentukan lalu menunjukkan dan yang menetapkan dan meneguhkan dalam keindahan dan yang menurunkan titik air berjatuhan dalam penghidupan dan yang menumbuhkan tanaman lalu dijadikan ia kering tak berkesan…apakah tak disadarinya ketika mata ada dalam suatu kedipan bahkan terpejam maka apakah bisa menghindar menghilang dari sang pandangan,,?langkah ada dalam kenyataan dan terbelah berserakan tinggalah lubang bertopengkan dari apa yang diimpikan hasil dari apa yang diharapkan dan tinggalah ia menganga tak lagi merasakan layaknya sebagai tempat tinggal binatang dan selalu ada meraung kesakitan,,dosa apakah kiranya mengapa semua berulang dan terus ada berbuat kerusakan tanpa disadari bukan kah kita sendiri yang melakukan,,,? Apakah harusnya ada pertanggungan yang dimana semua ada dalam neraca perhitungan dan apakah tak dilihatkah bila langit tak adalah retakan…..?Lalu merugikah cahya atau kebajikan,,,,?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar